Hai there! Setelah sebulan kemarin saya hiatus (cailah, hiatus), akhirnya saya kembali nulis lagi. Tapi kali ini bukan di blog ini. Kebetulan minggu kemarin Bang Ali Zaenal (rekan multiply yang sampai saat ini masih bertukar kabar), nawarin saya untuk join nulis di blog bareng-bareng yang berjudul “Ngopi (di) Jakarta”. Tanpa pikir panjang ba-bi-bu, saya langsung mengiyakan ajakan Bang Ali. Saya pun mulai baca-baca isi blog “Ngopi (di) Jakarta” kemudian saya langsung merasa ciut. Tulisan rekan-rekan di sana bagus-bagus sementara saya? Da aku mah apa atuh, pengen jadi penulis tapi moody jadi aja nggak pernah berkembang.

Ngopi (di) Jakarta sendiri isinya kebanyakan feature tentang kehidupan metropolitan, didefinisikan secara indah di halaman “Tentang Kami”. Mengutip dari halaman yang sama:

“Ngopi (di) Jakarta” dapatlah dikatakan sebagai sebuah usaha untuk melarung remah-remah rasa lelah dan kalah, perayaan mendapatkan rezeki, merekam cerita-cerita yang terjadi di Jakarta, atau apa pun yang tidak punya definisi namun masih bisa diingat untuk kemudian dicatat. Tentu himpunan catatan yang lahir kemudian bukan merupakan sebuah parade tentang canda-tawa semata, tapi lebih beragam, selaras dengan gejolak kehidupan sehari-hari.

Ya, penulis-penulis “Ngopi (di) Jakarta” masing-masing mengkontribusikan cerita mereka tentang apa yang mereka alami dan amati di kota super sibuk bernama Jakarta. Tulisan pertama saya berjudul “Hidup (tidak) Serumit Pikiran Kita” bisa dibilang biasa banget dibanding tulisan-tulisan penulis yang lain. Walaupun begitu, semoga saja dengan bergabung di “Ngopi (di) Jakarta”, perlahan-lahan saya bisa mulai menulis lagi dan nggak moody lagi untuk menulis.

So, kalau kamu sedang ada waktu luang, dan nggak keberatan untuk mampir sejenak sambil menikmati kopi kamu, boleh sambil dibaca tulisan-tulisan saya di “Ngopi (di) Jakarta”