Kadang saya suka bertanya-tanya akan banyak hal yang tidak penting yang ntah bagaimana caranya bisa mendominasi sebagian besar volume otak saya. Dan, kebanyakan pertanyaan justru saya buat tentang diri saya sendiri. Saya nggak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya buat tentang saya untuk diri saya sendiri.
Susah. Susah banget jawabannya! Nggak jarang, saya merasa orang paling asing dalam hidup saya adalah diri saya sendiri. Saya bener-bener gak kenal sama orang yang ada di dalam tubuh yang kali ini sedang mengetikkan kata-kata di atas laptopnya.
Atau mungkin, sebenernya saya kenal, tapi, saya pura-pura nggak tahu karena saya belom begitu siap untuk sadar bahwa saya kenal dia?
Terkadang, saya sedikit berkhayal kalau seandainya saya bisa kenal sama Morrie Scwartz, pasti bakalan banyak banget pertanyaan yang saya ajukan ke Morrie. Terlalu banyak hal yang ga sanggup saya jawab. Terlalu banyak argumen yang secara otomatis langsung disiapkan otak saya begitu Morrie menjawab pertanyaan saya. Dan, mungkin buku “Ajeng and Morrie” bisa aja jadi lebih terkenal dari Tuesdays With Morrie. Atau mungkin, setidaknya berjajar dalam satu rak buku: “Best Seller”.
Ah, kebanyakan mengkhayal nih saya. Tapi, seandainya saya dikasi kesempatan untuk bertemu sama Morrie, saya akan menanyakan tentang… BANYAK! Mungkin sudah ada yang ditanyakan Mitch Albom kepada Morrie dalam buku “Tuesdays With Morrie”. Tapi, saya ingin Morrie yang mendengar saya ngomong, mendengar saya curhat tentang banyak hal sampai ke perintilannya, sedetail-detailnya, lalu baru ia berbicara dengan gaya humornya yang santai namun tidak sedikitpun mengurangi makna perkataannya dan mulai menjawab semua pertanyaan dari seluruh curhat saya.
Ah, tapi Morrie kan sudah nggak ada. Sekalipun Morrie masih ada, mana mungkin saya bisa ketemu dia? Dan, sekalipun Morrie masih ada, dan tanpa disangka-sangka saya bisa ketemu dia juga percuma. Bahasa Inggris saya kan blah-bloh. Yuu marii!